Aku berangkat ketika sang surya baru terlelap. Pekerjaan ini kulakukan demi kedua buah hati kecil ku. Walau ku tahu ini bukan jati diriku yang sebenarnya. Kehidupan IbuKota yang keras membuat ku dengan sangat terpaksa menerima pekerjaan ini. Pekerjaan yang menuntut diriku berubah seutuhnya.
Si kecil Feri terbangun ketika diriku akan berangkat mencari nafkah. Feri kecil berkata, “siapa kakak? Di mana papa kak?”. Sontak batin ku terketuk mendengar ocehan si kecil. Wajah polosnya membuat wajahku tersenyum centil dan menjawab pertanyaannya, “kakak teman papamu Feri”. “Papa mu sedang bekerja, tidur lagi gih. Ntar kamu telat lagi kesekolah besok”. Dengan muka polosnya Feri langsung mengambil guling sontak terlelap kembali. Ku hela nafas panjang kemudian aku berangkat kembali ke tempat pekerjaan ku.
Kelihatannya malam ini jalanan sepi. Di terpa hujan mendadak yang turun dari sore hari tadi.Gina teman sepekerjaanku, (walau itu bukan nama aslinya)sudah menjajalkan dirinya di tepi jalanan kosong berhembuskan angin malam sesudah hujan yang menusuk tulang. Rok mininya yang terbelah menampakkan otot-otot pahanya yang sudah mulai kelihatan kendur.
Akhirnya, ada sebuah mobil yang menghampiriku. Kaca jendela hitamnya terbuka, terlihat di dalamnya ada 3 lelaki yang masih berdasi tersenyum nafsu melihatku berpakaian minim. Walau dada ini tak seindah wanita asli. Ku langkahkan kaki jenjangku mendekati mobil silver itu. “Hai, (dengan logat wanitaku) bisa di bantu mas-mas sekalian?”. Senyum nakal ku terlempar kewajah para laki-laki berdasi itu.
“Hmmm, kelihatannya kamu belum ada pelanggan malam ini. Berapa tarif untuk malam ini?”. Laki-laki yang memegang kemudi berkata demikian. Belum terhempas bibirku menjawab pertanyaannya, terdengar bunyi sirene dari kejauhan. Sontak jiwaku terhentak membuat tangan ku yang gemulai mulai melepas sepatu high heels yang kukenakan dan berlari sekencang-kencangnya.
Kelihatannya malam ini, Ibu Kota tak merestui ku mencari rezeki buat Feri dan si sulung Rizal. Dalam langkah gelap malam, aku tak pernah menyesalkan kehidupanku. Aku bersyukur masih memiliki senyum-senyum kecil dari buah hatiku. Meski tak seindah yang di harapkan oleh mereka dari seorang PAPA sepertiku. Aku akan terus menjalani hidup dengan pekerjaan apa saja agar senyum-senyum kecil mereka terus mekar hingga ku menghembuskan nafas dan meninggalkan semuanya.
-SELESAI-
senyum senyum nieeee
BalasHapus