Senin, 29 Juli 2013
Syukur?
“Syukuri nikmat apa yang telah di berikan sang pencipta. Terkadang nikmat kecil bagi kita, sudah begitu besar bagi sebagian orang. Hendaklah kita bersyukur terhadap nikmatnya, kelak nikmat yang kita terima pasti akan bertambah. Percayalah!”
Sinar senja telah menyelimuti kota ini. Para penumpang mulai menaiki gerbong. Satu persatu kursi mulai terisi. Sebagaimana para tenaga kerja semestinya, sore hari merupakan waktu pulang untuk ke rumah. “Maaf mbak, kursi ini kosong?” kataku. “Iya mas, silahkan saja”. Untung saja sore ini aku masih mendapatkan kursi untuk duduk, ya walaupun di sebelah wanita yang tampaknya sudah lelah bekerja seharian sepertiku.
Bel kereta berbunyi, tanda kereta akan berjalan. Seperti biasa perjalanan pulang tidak ada yang menarik. Hanya pedagang-pedagang asongan di dalam kereta yang mampu mencuri perhatianku dengan teriakan mereka.
“Ibu… Ibu… Lihat, betapa indahnya sawah yang kita lewati. Ada burung-burung juga disana bu… Lihat bu, lihat…” Ucap seorang anak yang duduk tepat di depan ku. Ibunya hanya tersenyum melihat kegirangan anaknya. “Bu… Lihat, ada sungai… Besar sekali sungainya bu…” Si anak semakin tampak kegirangan. Tapi tidak dengan wanita yang duduk di sebelahku. Wajahnya tampak kusut, mendengar si anak kecil yang terus ribut.
Aku tahu apa yang di pikiran wanita itu. Seharian lelah dengan tumpukan pekerjaan. Dan pasti ingin beristirahat dalam perjalanan pulang. “Ibu… Lihat keluar jendela bu… Cepat bu, lihat…” Si anak terus bergumam. “Maaf bu, anaknya bisa diam tidak bu? Gak tau apa orang mau istirahat sebentar?” Cetus wanita yang duduk di sebelahku.
“Maaf mbak, bukan saya dan anak saya ingin mengganggu mbak dan mas sekalian..” Tampak si ibu mulai berdiri dan memegang bahu si wanita tersebut. “Saya telah menabung bertahun-tahun demi membiayai operasi pencangkokan mata anak saya. Dua minggu lalu dia baru selesai di operasi, dan hari ini hari pertama dia melepaskan perbannya. Kata dokter, matanya hanya bertahan beberapa saat dan tidak tahu kapan akan berhenti bekerja. Saya hanya ingin memberikan dia pengalaman yang tak di dapatnya selama ini.” Si Ibu mulai bercucur air mata. Tampak si wanita tertunduk penuh penyesalan dan segera meminta maaf kepada si Ibu dan Anaknya.
Kereta telah sampai di stasiun, dalam perjalanan pulang kemudian aku terus merenung. Apa yang telah kita dapatkan hari ini, mungkin tak di dapatkan oleh orang lain. Apa salahnya untuk bersyukur dan terus bersyukur?
***SELESAI***
Langganan:
Postingan (Atom)