Jumat, 13 April 2012

Bahagia


Sebagian orang menganggap bahagia itu hanya ada jika di dunia ini bergelimang harta. Tapi tidak untuk dalam artian hidupku, bahagia ku tak hanya sebatas harta ataupun uang semata. Melainkan mempunyai keluarga besar seperti sekarang yang mempunyai perbedaan. Tapi perbedaan itu sendiri tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan kasih sayang dari mereka.
Perkenalkan nama ku Rendi, usiaku sekarang 18 tahun. Menjadi seorang mahasiswa di ibukota merupakan perjuangan yang tak mudah bagiku. Seorang yang berasal dari daerah pinggiran ibukota. Ya, walaupun baru kali ini aku berstatus “perantau” dikota orang tapi aku berniat untuk tak dipecundangi oleh ibukota ini. Karena sudah banyak isu diluar sana, kalau status “perantau” itu seringnya terikut arus akan pergaulan dari kota yang akan ditujunya.
Setelah berstatus mahasiswa di sebuah universitas negeri di ibukota. Sedikit membuat ku yang merupakan anak ke-4 di “keluarga baru” ku menambah pengalaman dan teman-teman dari berbagai kota dan daerah.
Sedikit flashback tentang keluarga, sebenarnya aku mempunyai perbedaan dari teman-teman ku. Aku mempunyai dua ayah dan dua ibu. Tepatnya aku mempunyai dua keluarga. Banyak perbedaan dari keduanya, salah satunya yaitu kepercayaan atau umumnya di sebut agama. Keluarga baru ku mempunyai kepercayaan islam, agama sekarang yang juga ku peluk. Sedangkan keluarga asli ku merupakan umat kristiani.
Masa kecil ku sangat berbeda dari teman-temanku. Aku dilahirkan sebagai seorang kristiani hingga aku mencapai masa kanak-kanakku. Keluarga ku yang kekurangan biaya untuk membiayai seluruh tanggungan sebelas anggota keluarga kami harus merelakan setidaknya aku di adopsi ke keluarga baru ku sekarang.
Perjalanan ku dari seorang kristiani pun harus berakhir pada saat aku di adopsi. Selepas dari kepercayaan itu sendiri, hatiku setidaknya menjerit. Masa kanak-kanakku harus berpisah dengan orang tua yang melahirkanku. Tapi jujur, untuk saat ini aku tak pernah merasa menyesal dengan semua jalan hidup ini. Toh, kalau pun aku tak mendapat keluarga baru belum tentu aku bisa seperti sekarang ini.
Saudara-saudara baru ku banyak memberi pelajaran hidup, salah satunya abang tertua ku Hanif. Jika ingin sesuatu biasanya dia selalu mengusahakannya sendiri terlebih dahulu. Walaupun setidaknya keluarga ini tak kekurangan, tapi dia tak mau meminta dari ayah atau ibu. Ya, itu lah Hanif abang tertua ku.
Kehidupan di ibukota sungguh menarik, salah satunya tentang wanita. Haha, namanya juga lelaki pasti tidak lepas dari wanita. Tiga bulan disini, ada seorang wanita yang seringnya memikat mata untuk melihatnya. Namanya Ina, anak kelas sebelah yang cukup manis untuk di pandang. Tak mau ambil pusing dengan yang namanya cinta, aku hanya cukup jadi pengagumnya. Walaupun terkadang harus menjadi seorang galauers kalau malam datang, haha.
Selepas dari percintaan, yang namanya mahasiswa itu kurang afdol jika tidak mempunyai pekerjaan sampingan. Begitu pula aku disini, mengajar kursus gitar untuk anak sd dan smp hanya itu yang bisa ku kerjakan. Yah, walaupun hanya untuk menambah-nambah uang jajan sedikit tapi tak apalah. Namanya juga sampingan, tak berapa besar juga tak masalah.
Dan menurut pengalaman ku selama di ibukota, aku telah banyak salah menilai dengan kata bahagia itu yang aku maknai dengan hidup yang berkecukupan. Berteman dengan semua teman ku sekarang, mempunyai dua keluarga yang saling menghargai perbedaan, dan mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif itu menurut ku sudah cukup untuk mengerti akan makna dari kata bahagia.
Janganlah memikirkan harta semata, walaupun hidup tanpa harta juga akan kurang. Tapi yang namanya harta juga akan habis, kecuali satu. Yaitu kasih sayang yang akan menimbulkan kebahagiaan. Beginilah arti kebahagiaan menurut ku. Bagaimana dengan kalian? 

Selasa, 10 Januari 2012

Sesal

SESAL. Hanya itu yang ada dibenakku sekarang. Tak ada kata lain untuk mengungkapkannya. Kejadian ini semua seperti mimpi, tak dapat ku percaya.

Nama ku Robi, tak banyak yang spesial di hidupku. Aku hanyalah karyawan swasta biasa. Satu-satunya yang spesial dalam hidup saat ini adalah aku memiliki seorang Nyonya Robi. Tepatnya istriku. Namanya adalah Vina. Dulunya Vina teman sekantor ku. Tapi sekarang dia telah naik jabatan menjadi asisten pribadiku. Haha....

Terlepas dari semua itu, kami ber-dua tinggal di rumah orang tuanya Vina. Ayahnya telah lama meninggalkan mereka. Ibu mertua ku masih cukup cantik di usianya yang sekarang. Tidak seperti ibu-ibu lainnya yang kurang merawat diri. Sejak kami menikah, aku menyuruh Vina untuk menemani Ibu dirumah. Biarlah aku yang mencari nafkah untuk mereka.

Hari-hari di awal pernikahan kami sungguhlah indah. Tapi lambat laun, ku rasakan “Jenuh”. Mungkin kata yang harusnya tak kusebutkan untuk saat ini. Ini bukanlah saat dimana aku merasakan pacaran dahulu. Gelar suami telah kudapatkan. Aku tak bisa se-enaknya lagi memutuskan hubungan dikala aku jenuh.

Ku akui memang, mungkin sikap ku sekarang kepada Vina sudah berubah. Tapi bukan berarti kata “sayang” telah hilang dari kami berdua. Mungkin juga ini sifat alamiahnya laki-laki. Entahlah, aku sendiri bingung terhadap diriku.

23 Juni. Pagi ini seperti biasa, banyak obrolan pagi yang terjadi di rumahku. “Sayang, porsi gulanya seperti biasa?” Vina berteriak dari dapur. “Hmmm....”. Tak lama, segelas teh hangat menemani lauk sarapan ku pagi ini. Wajah istriku terlihat sangat bahagia hari ini. Pasti ada sesuatu yang membuatnya bahagia hari ini. “Aku pergi dulu ya sayang” kukecup hangat dahinya sambil membiarkan dirinya menyalam tangan ku seperti biasa.

Jam sudah menunjukkan pukul 19.00. Seharusnya jam seperti ini diriku sudah ada dirumah. Tapi kelihatannya masih banyak yang harus kukerjakan di kantor ini. Kantorku tidak mempunyai jadwal yang tetap. Apalagi untuk karyawan-karyawan baru seperti diriku.

"Sayang. Kita ketemuan ditempat awal kita bertemu ya, Aku menunggumu disini". Kulihat handphone ku yang bergetar. "Baiklah.... aku akan membereskan pekerjaanku di kantor untuk esok hari dulu ya” balas ku langsung. “Jadi kamu lebih memilih pekerjaan esok hari di banding aku?”. "Jangan khawatir, aku akan segera kesana. Ok”. Ok, aku akan menunggumu..”.

Jam demi jam berlalu, aku terbuai akan ajakan teman-temanku yang semakin ramai ke meja kerjaku untuk mengobrol dan ng-teh bersama mereka. Jam telah menunjukkan jam 23:12. Ku lihat Handphone ku yang terus berdering sejak tadi. Ku lihat sejenak “Istriku”, contact yang dari tadi terus memanggil. Tak ambil pusing, langsung saja ku cabut baterai dari Handphone ku yang masih aktif. Bilang saja habis baterai, pikiran ku menjawab pertanyaan yang akan di ajukan istriku kelak.

Pukul 01.34. Seperti lembur-lembur sebelumnya, setelah lelah seharian kerja. Aku pun pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, kulihat ibuku menangis. Tiba-tiba, ibu langsung saja menyuruhku untuk melihat keadaan Vina di Rumah Sakit. Tanda tanya besar di benakku.

“Baru saja ada orang dari kepolisian di Rumah Sakit menelpon tas istrimu di jambret & dia berusaha melawan sehingga para perampok menusuknya dengan pisau & memukulnya hingga tewas”. DEG..... jantungku serasa berhenti seketika.

“Jangan Bercanda bu..!! Tadi dia masih menghubungi saya..” kataku seraya membentak. Tanpa pikir panjang, langsung kuhidupkan Handphone ku kembali. Ku lihat inbox yang sejak tadi menerima pesan dari Vina.

Jam 11 malam: “Sayang, kamu dimana..?”.

Jam 11; 30 malam: “Sayang, kenapa HP kamu mati..?”

Jam 11; 45 malam: “Sayang, ada sekumpulan pria mengikutiku. Aku takut, kamu dimana Sayang..?”

Jam 12 malam (24 Juni): HAPPY ANNIVERSARY SAYANG. Aku cinta kamu, tadinya aku indin mengucapkan secara langsung. Tetapi, sepertinya aku tidak akan bertemu kamu malam ini. Selamat malam sayang, ku harap kamu tidak kedinginan & sakit ketika sampai dirumah..’

________________
--------------------

Kita tidak akan tahu kapan kita akan kehilangan orang yang kita cintai. Tunjukkan setiap hari, seberapa besar cinta kita mencintai mereka.
Karena tidak akan tahu, kapan saat itu tiba & kapan kita tidak akan bisa mengucapkan cinta lagi.
Jangan sampai Penyesalan yang menghakimi, dan sayangilah apa yang kita miliki sekarang tanpa ada rasa “JENUH”......